LAPORAN PENDAHULUAN INFARK MIOKARD AKUT
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK MIOKARD AKUT
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menyelesaikan
Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
STIKes Bina Putera Banjar
Oleh :
ARDI RACHMAN FAUZI
4012210019
STIKes BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS
2021
A. Pengertian
Infark Miokard
Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu.
A.
Fisiologi Sirkulasi Koroner
Arteri koroner kiri memperdarahi
sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan
memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum
dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri
koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan
10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan demikian,
obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark
inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.
B.
Patogenesis
Umumnya IMA didasari oleh adanya
ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu
terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk
pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak
pada arteri koroner dengan stenosis ringan (50-60%).
Kerusakan miokard terjadi dari
endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.
Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA
transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi
suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA sub-endokardial, nekrosis terjadi
hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.
C.
Patofisiologi
D.
Gejala Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada
retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih
barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher,
rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama
dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang,
terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.
Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,
berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat
merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis
dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan
angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada
pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ
yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal
menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin
dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang
ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA
inferior.
E.
Diagnosis Banding
1. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi
koroner akut.
2. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat,
dapat menjalar ke perut dan punggung).
3.
Kelainan saluran cerna bagian
atas (hernia diafragmatika, esofagitis refluks)
4. Kelainan lokal dinding dada (nyeri
bersifat lokal, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)
5. Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada
distribusi saraf tersebut)
6. Kelainan intra-abdominal (kelainan akut,
pankreatitis dapat menyerupai IMA)
F.
Komplikasi
1.
Aritmia
2.
Bradikardia sinus
3.
Irama nodal
4.
Gangguan hantaran
atrioventrikular
5.
Gangguan hantaran
intraventrikel
6.
Asistolik
7.
Takikardia sinus
8.
Kontraksi atrium prematur
9.
Takikardia supraventrikel
10.
Flutter atrium
11.
Fibrilasi atrium
12.
Takikardia atrium multifokal
13.
Kontraksi prematur ventrikel
14.
Takikardia ventrikel
15.
Takikardia idioventrikel
16.
Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17.
Renjatan kardiogenik
18.
Tromboembolisme
19.
Perikarditis
20.
Aneurisme ventrikel
21.
Regurgitasi mitral akut
22.
Ruptur jantung dan septum
G.
Prognosis
Beberapa indeks
prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor
penting yaitu:
1.
Potensial terjadinya aritmia
yang gawat (aritmia ventrikel dll)
2. Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
3. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik
lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark).
I.
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Riwayat Keperawatan dan
Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
-
Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak
teratur
Tanda:
-
Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
b.
Sirkulasi:
Gejala:
- Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri
koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
-
TD dapat normal atau
naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.
-
Nadi dapat normal; penuh/tak
kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur
(disritmia) mungkin terjadi.
-
BJ ekstra (S3/S4) mungkin
menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel
-
Murmur bila ada menunjukkan
gagal katup atau disfungsi otot papilar.
-
Friksi; dicurigai perikarditis
-
Irama
jantung dapat teratur atau tak teratur.
-
Edema,
DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel.
-
Pucat
atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
c. Integritas ego:
Gejala:
-
Menyangkal gejala penting.
-
Takut
mati, perasaan ajal sudah dekat
-
Marah
pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
-
Kuatir
tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
-
Menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata
-
Gelisah, marah, perilaku
menyerang
-
Fokus
pada diri sendiri/nyeri.
d.
Eliminasi:
Tanda:
-
Bunyi usus normal atau menurun
e. Makanan/cairan:
Gejala:
-
Mual,
kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
-
Penurunan
turgor kulit, kulit kering/berkeringat
-
Muntah,
-
Perubahan berat badan
f. Hygiene:
Gejala/tanda:
-
Kesulitan melakukan perawatan
diri.
g. Neurosensori:
Gejala:
-
Pusing, kepala berdenyut selama
tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
-
Perubahan mental
-
Kelemahan
h. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
-
Nyeri dada yang timbul mendadak
(dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin.
-
Lokasi nyeri tipikal pada dada
anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah.
Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher.
-
Kualitas nyeri ‘crushing’,
menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
-
Instensitas
nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.
-
Catatan:
nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan
lansia.
Tanda:
-
Wajah meringis, perubahan
postur tubuh.
-
Menangis, merintih, meregang,
menggeliat.
-
Menarik diri, kehilangan kontak
mata
-
Respon
otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
i.
Pernapasan:
Gejala:
-
Dispnea
dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
-
Batuk produktif/tidak produktif
-
Riwayat merokok, penyakit
pernapasan kronis
Tanda:
-
Peningkatan frekuensi
pernapasan
-
Pucat/sianosis
-
Bunyi napas bersih atau
krekels, wheezing
-
Sputum bersih, merah muda
kental
j. Interaksi sosial:
Gejala:
-
Stress
saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
-
Kesulitan
koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
-
Kesulitan
istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
-
Menarik diri dari keluarga
k. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-
Riwayat
keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
-
Riwayat penggunaan tembakau
J.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada
tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan |
Interpretasi Hasil |
EKG Laboratorium: Enzim/Isoenzim
Jantung Radiologi Ekokardiografi Radioisotop |
Masa setelah serangan: -
Beberapa
jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q patologis dan
elevasi segmen ST -
Sehari/kurang seminggu:
inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang -
Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap -
Setahun:
pada 10% kasus dapat kembali normal. -
Peningkatan
kadar enzim (kreatin-fosfokinase atau aspartat amino transferase/SGOT, laktat
dehidrogenase/a-HBDH) atau isoenzim (CPK-MB)merupakan
indikator spesifik IMA. -
Tidak
banyak membantu diagnosis IMA tetapi berguna untuk mendeteksi adanya
bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat ditemukan kardiomegali. -
Dapat
tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan sistolik dinding
jantung yang menurun. Dapat mendeteksi daerah dan luasnya kerusakan miokard,
adanya penyulit seperti anerisma ventrikel, trombus, ruptur muskulus
papilaris atau korda tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur jantung,
pseudoaneurisma jantung. -
Berguna
bila hasil pemeriksaan lain masih meragukan adanya IMA |
K.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat
sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktivitas b/d
ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d
ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung
b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard,
kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan
b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan
b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan natrium/retensi air; peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan
kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan
status kesehatan yang akan datang.
L.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Nyeri
akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,
intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan
hemo-dinamik 2. Berikan lingkungan yang tenang dan
tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien. 3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) 4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi: -
Antiangina
seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) -
Beta-Bloker seperti atenolol
(Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal) -
Analgetik seperti morfin,
meperidin (Demerol) -
Penyekat saluran kalsium
seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). |
-
Nyeri adalah pengalaman
subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga
bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan
intervensi yang tepat. -
Menurunkan rangsang eksternal
yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi. -
Membantu menurunkan
persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap
nyeri. -
Nitrat
mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard. -
Agen
yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang
simpatis.(Kontra-indikasi: kontraksi miokard yang buruk) -
Morfin
atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau
nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin. -
Bekerja
melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan
kolateral, menurunkan preload dan kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia. |
2.
Intoleransi aktivitas
b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1. Pantau HR, irama, dan perubahan TD
sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi. 2.
Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas 3. Anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal. 4. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan
klinis klien. 5. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan
klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas bertahap. 6. Kolaborasi pelaksanaan program
rehabilitasi pasca serangan IMA. |
- Menentukan respon klien terhadap
aktivitas. - Menurunkan kerja miokard/konsumsi
oksigen, menurunkan risiko komplikasi. - Manuver Valsava seperti menahan napas,
menunduk, batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan
curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan
darah. - Keterlibatan dalam pembicaraan panjang
dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang
bersifat terapeutik. - Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai
dengan kemampuan kerja jantung. - Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam
proses penyembuhan klien. |
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d
ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1.
Pantau respon verbal dan non
verbal yang menunjukkan kecemasan klien. 2. Dorong klien untuk mengekspresikan
perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya. 3. Orientasikan klien dan orang terdekat
terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. 4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik
anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan). |
- Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan
secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non
verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan
sebagainya. - Respon klien terhadap situasi IMA
bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas
terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya. - Informasi yang tepat tentang situasi
yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi. - Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan. |
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung
b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard,
kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1.
Pantau TD, HR dan DN, periksa
dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) 2.
Auskultasi adanya S3, S4 dan
adanya murmur. 3.
Auskultasi bunyi napas. 4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan
mudah dikunyah. 5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai
kebutuhan klien 6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok
sesuai indikasi. 7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si
pacu jantung bila digunakan. |
- Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat
dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya,
hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas,
peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi
ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung
ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. - S3 dihubungkan dengan GJK,
regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark
yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan
ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot
papilar. - Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard. - Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia. - Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia. - Jalur IV yang paten penting untuk
pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang. - Pacu jantung mungkin merupakan
tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara
permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi. |
5.
(Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran
darah koroner.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1.
Pantau perubahan
kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah,
syok. 2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer. 3. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi,
kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas) 4.
Pantau fungsi
gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi
abdomen dan konstipasi) 5.
Pantau asupan caiaran dan
haluaran urine, catat berat jenis. 6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas
darah, BUN, kretinin, elektrolit) 7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik
yang diperlukan: -
Hepari
/ Natrium Warfarin (Couma-din) -
Simetidin (Tagamet),
Ranitidin (Zantac), Antasida. -
Trombolitik (t-PA,
Streptokinase) |
-
Perfusi
serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit
dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik. -
Penurunan
curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi. -
Kegagalan
pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu dispnea
tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru. -
Penurunan
sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal -
Asupan
cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang berdampak
negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal. -
Penting
sebagai indikator perfusi/fungsi organ. -
Heparin
dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma
ventrikel atau riwayat tromboplebitis. Coumadin merupakan antikoagulan jangka
panjang. -
Menurunkan/menetralkan
asam lambung, mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi gaster khususnya karena
adanya penurunan sirkulasi mukosa. -
Pada
infark luas atau IM baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam 6 jam
pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi
miokard. |
6.
(Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
protein plasma.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya
krekels. 2. Pantau adanya DVJ dan edema
anasarka 3. Hitung keseimbangan cairan dan timbang
berat badan setiap hari bila tidak kontraindikasi. 4. Pertahankan asupan cairan total 2000
ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler. 5. Kolaborasi pemberian diet rendah
natrium. 6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia
indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline, Spironlakton/
Hidronolak-ton/Aldactone) 7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi. |
-
Indikasi
terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung. -
Dicurigai
adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi) -
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine.
Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang
tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung. -
Memenuhi
kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan adanya
dekompensasi jantung. -
Natrium
mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi. -
Diuretik
mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan. -
Hipokalemia
dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan pengeluaran kalium. |
7.
Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi
jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan
datang.
INTERVENSI
KEPERAWATAN |
RASIONAL |
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang
terdekat dan kemampuan/kesiapan
belajar klien. 2. Berikan informasi dalam berbagai variasi
proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas
kelompok) 3. Berikan penekanan penjelasan tentang
faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan
perhatian cepat/darurat. 4. Peringatkan untuk menghindari aktivitas
isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan
di atas kepala. 5. Jelaskan program peningkatan aktivitas
bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan, kerja sedang) |
-
Proses
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien. -
Meningkatkan
penyerapan materi pembelajaran. -
Memberikan
informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien. -
Aktivitas
ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang -
Meningkatkan
aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah aktivitas yang
berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan
memungkinkan kembalinya pola hidup normal. |
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi
pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit
Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar