LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

 

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

 

                                                                                                                        

 

 

 

 

Disusun Oleh:

ARDI RACHMAN FAUZI

 4012210019

 

 

 

 

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

STIKes BINA PUTERA BANJAR 2021

 

 

 

 

 

 

 

Laporan pendahuluan Glaukoma - LP Glaukoma

 

A. DEFINISI

 

Glaukoma yaitu suatu penyakit yang memperlihatkan citra klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).

 

Galukoma yaitu sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

 

 

B. ETIOLOGI

1. Primer:

Terdiri dari

Akut: Dapat disebabkan lantaran trauma

Kronik: Dapat disebabkan lantaran keturunan dalam keluarga seperti: Diabetes mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, Miopia tinggi dan progresif

2.Sekunder: Disebabkan penyakit mata lain seperti: Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea, Pembedahan.

 

C. KLASIFIKASI

1. Glaukoma primer

Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang mencakup kedua mata. Timbulnya insiden dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka lantaran humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga sanggup terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan sanggup dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup lantaran ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, melekat ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan sanggup lantaran peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras lantaran usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, sanggup berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menimbulkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

 

2. Glaukoma sekunder

 

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan syok . Dapat ibarat dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.

 

Perubahan lensa

Kelainan uvea

Trauma - bedah

 

3. Glaukoma kongenital

 

Primer atau infantil

Menyertai kelainan kongenital lainnya

 

4. Glaukoma absolut

 

Glaukoma otoriter merupakan stadium simpulan glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akhir tekanan bola mata memperlihatkan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma otoriter kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras ibarat watu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini menimbulkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memperlihatkan rasa sakit sekali akhir timbulnya glaukoma hemoragik.

 

Pengobatan glaukoma otoriter sanggup dengan memperlihatkan sinar beta pada tubuh siliar, alkohol retrobulber atau melaksanakan pengangkatan bola mata lantaran mata telah tidak berfungsi dan memperlihatkan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya glaukoma sanggup dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Glaukoma akut

a. Definisi

Glaukoma akut yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.

b. Etiologi

glaukoma akut sanggup terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang mempunyai talenta bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akhir penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai yaitu bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi

Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam usang di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris b0me, atau pasca pembedahan intraokuler.

d. Manifestasi klinik

Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan tempat belakang kepala .

Akibat rasa sakit yang berat terdapat tanda-tanda gastrointestinal berupa mual dan muntah , adakala sanggup mengaburkan tanda-tanda glaukoma akut.

Tajam penglihatan sangat menurun.

Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.

Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.

Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.

Bilik mata depan sangat dangkal dengan imbas tyndal yang positif, akhir timbulnya reaksi radang uvea.

Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.

Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan lantaran terdapat kekeruhan media penglihatan.

Tekanan bola mata sangat tinggi.

Tekanan bola mata antara dua serangan sanggup sangat normal.

 

e. Pemeriksaan Penunjang

 

Pengukuran dengan tonometri Schiotz memperlihatkan peningkatan tekanan.

 

Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan sehabis edema kornea menghilang.

 

f. Penatalaksanaan

 

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan menurut hasil pemeriksaab gonoskopi sehabis pengobatan medikamentosa.

 

 

2. glukoma kronik

 

a. Definisi

 

Glaukoma kronik yaitu penyakit mata dengan tanda-tanda peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

 

b. Etiologi

 

Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.

 

c. Manifestasi klinik

 

Gejala-gejala terjadi akhir peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata ibarat normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak lantaran pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.

 

d. Pemeriksaan Penunjang

 

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri memperlihatkan peningkatan. Nilai dianggap gila 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang memperlihatkan lapang pandang menyempit, depresi belahan nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.

 

e. Penatalaksanaan

 

Pasien diminta tiba teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit

 

 

D.TANDA DAN GEJALA

 

1.Glaukoma primer

 

Glaukoma sudut terbuka: Kerusakan visus yang serius, Lapang pandang mengecil dengan macam–macam skotoma yang khas, Perjalanan penyakit progresif lambat

Glaukoma sudut tertutup: Nyeri mahir didalam dan sekitar mata, Timbulnya halo di sekitar cahaya, Pandangan kabur, Sakit kepala, Mual, muntah, Kedinginan, Demam bahkan perasaan takut mati ibarat serangan angina, yang sanggup sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, foto fobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien

2.Glaukoma sekunder: Pembesaran bola mata, Gangguan lapang pandang, Nyeri di dalam mata

 

3.Glaukoma kongenital: Gangguan penglihatan

 

 

E. PATOFISIOLOGI

 

Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor diproduksi di dalam tubuh silier dan mengalir ke luar melalui saluran schlemm ke dalam sistem vena. Ketidakseimbangan sanggup terjadi akhir produksi berlebih tubuh silier atau oleh peningkatan kendala gila terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan penilaian yang secama. Iskemia menimbulkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina yaitu ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma sanggup menimbulkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

 

 

F. KOMPLIKASI

 

Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir sanggup dipastikan akan terjadi kebutaan.

 

 

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 

Pemeriksaan retina

Pengukuran tekanan intraokuler dengan memakai tonometri

Pemeriksaan lapang pandang

Pemeriksaan ketajaman penglihatan

Pemeriksaan refraksi

Respon refleks pupil

Pemeriksaan slit lamp

 

H. PENATALAKSANAAN

 

Tujuan penatalaksanaan yaitu menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung pembagian terstruktur mengenai penyakit dan respons terhadap terapi:

 

Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.

Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan tio.

Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk membuat saluran balu melalui sclera.

 

E. ASUHAN KEPERAWATAN

 

1). Pengkajian

 

a) Aktivitas / Istirahat : Perubahan acara biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

 

b) Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)

 

c) Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menimbulkan silau dengan kehilangan sedikit demi sedikit penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak bulat cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

 

Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.

 

d) Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata basah (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).

 

e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

 

 

2). Pemeriksaan Diagnostik

Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.

Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.

Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.

Tes Provokatif :digunakan dalam memilih tipe glaukoma jikalau TIO normal atau hanya meningkat ringan.

Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.

Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.

EKG, kolesterol serum, dan investigasi lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.

Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM

 

 

F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

 

a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.

 

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

 

Kriteria hasil :

pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri

pasien menyampaikan nyeri berkurang/hilang

ekspresi wajah rileks

Intervensi :

kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri

kaji tingkatan skala nyeri untuk memilih takaran analgesik

anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang

atur perilaku fowler 300 atau dalam posisi nyaman.

Hindari mual, muntah lantaran ini akan meningkatkan TIO

Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan

Berikan analgesik sesuai anjuran

 

b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

 

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

 

Kriteria Hasil:

Pasien akan berpartisipasi dalam acara pengobatan

Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.

Intervensi :

Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

Dorong mengekspresikan perasaan wacana kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan

Tunjukkan donasi tetes mata, rujukan menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis

Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan duduk kasus penglihatan malam.

Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

 

c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan duduk kasus wacana perubahan insiden hidup.

 

Tujuan : Cemas hilang atau berkurang

 

Kriteria Hasil:

Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun hingga tingkat sanggup diatasi.

Pasien memperlihatkan ketrampilan pemecahan masalah

Pasien memakai sumber secara efektif

Intervensi :

Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya tanda-tanda tiba-tiba dan pengetahuan kondisi ketika ini.

Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.

Dorong pasien untuk mengakui duduk kasus dan mengekspresikan perasaan.

Identifikasi sumber/orang yang menolong.

 

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) wacana kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang sanggup dicegah.

 

Tujuan : Klien mengetahui wacana kondisi,prognosis dan pengobatannya.

 

Kriteria Hasil:

pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

Mengidentifikasi kekerabatan antar gejala/tanda dengan proses penyakit

Melakukan mekanisme dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

Diskusikan perlunya memakai identifikasi,

Tunjukkan tehnik yang benar donasi tetes mata.

Izinkan pasien mengulang tindakan.

Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, rujukan tetes mata.

Diskusikan obat yang harus dihindari, rujukan midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.

Identifikasi imbas samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.

Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup

Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, memakai baju ketat dan sempit.

Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.

Tekankan investigasi rutin.

Anjurkan anggota keluarga menilik secara teratur tanda glaukoma.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI PADA PENGGUNA ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN PENERIMAAN PASIEN BARU

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK