LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS

 

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

 

 

 

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menyelesaikan

Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah

STIKes Bina Putera Banjar

 

 

 

 

 

 

Oleh :

ARDI RACHMAN FAUZI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


STIKes BINA PUTERA BANJAR

PROGRAM PROFESI NERS

2021

A.    DEFINISI
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).

 

B.     PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.

 

C.    PATHWAY

Invasi kuman ke selaput otak

 

Gangguan fungsi sistem regulasi                                         Peningkatan TIK           

                                                                                                                    

                Hipertemia                               Gangguan persefsi    Gangguan mobilitas    

                                                                            sensori                       fisik

             Gangguan rasa

                 nyaman

 

 

 

 Gangguan kesadaran                              Gangguan perfusi                         

                                                         jaringan                                         

 Gangguan metabolisme otak  

                                                                                                                                                     Perubahan keseimbangan

              dan sel netron

                        

   Difusi ion kalium dan natrium               

                                                                      

           Lepas muatan listrik

                        

                     Kejang

                        

 Berkurangnya koordinasi otot

                        

           Resiko trauma fisik

 

D.    ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

Ø  Meningitis Bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Ø  Meningitis Virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

 

E.     PENCEGAHAN
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang. Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

 

F.     PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MENINGITIS

Riwayat penyakit dan pengobatan

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

 

 

G.    MANIFESTASI KLINIK

1. Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.

2. Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.

3. Sakit kepala

4. Sakit-sakit pada otot-otot

5. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien

6. Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI

7. Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.

8. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.

9. Nausea

10. Vomiting

11. Demam

12. Takikardia

13. Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia

14. Pasien merasa takut dan cemas.

 

 

 

 

H.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

Pemeriksaan Radiografi

CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

I.       PENGOBATAN
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :

Antibiotik

Organisme

Penicilin G

Gentamicyn

Chlorampenikol

Pneumoccocci

Meningoccocci

Streptoccocci

Klebsiella

Pseudomonas

Proleus

Haemofilus Influenza

Terapi TBC

Streptomicyn

INH

PAS

Micobacterium Tuber culosis

 

                               

 

J.      PENGKAJIAN

 

1.      Ananesis

Anamesis pada meningitis meliputi keluhan utama riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahlu, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu dikajidampak hospitalisasi).

·         Keluhan utama

Hal yang sering menjadi alas an klien atau orang tua mrmbawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehata adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadran.

·         Riwayat penyakit sekarang

Faktor riwayat penyakit sekarang sangat penting untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intracranial. Keluhan tersebut biasanya sakit kepala dan deman adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungjkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalananpenyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.

·         Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang telah dialami klien yang memungkinkan adanya hubugan atau menjadi prediposisi keluhan sekarang seperti pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, oritis media, mastoditis, anemia sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunoglosis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada klien terutama jika da keluhan batuk produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkolosis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkolosa.

·         Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan prilaku klien. Sebagian besar pengkajian ini dapat diselesaikan me;alui proses interaksi menyeluruh dengan klien dalam pelaksanaan pengkajian l;ain dengan member pertanyaan dan tetap melakukan pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan dan pikiran.

Pada pengkajian pada klien anak perlu diprthatikan dampakhoispitalisasi pada anak dan family center. Anak dengan meningitis sangat rentan terhadap tindakan invasive yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini member dampak stress pada anak dan menyebabkan anak kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan menis. Pengkajian psikososial yang terabaik dilakukan saat observasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi denagn orang tua. Anak-anak sering sekali tidak mampu untuk mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperlihatkan masalah mereka melalui tingkah laku.

2.      Pemeriksaan Fisik

·         Tanda-Tanda Vital (TTV)

Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih darinormal 38-41ᵒ C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Kebiasaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan frekuensi nafas sering kali berhubungan dengan peningkatan TIK. Jika peningkatan frekuensi nafas sering kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada system pernafasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan Darah (TD) biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.

·         BI (Breathing)

Insfeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan peingkatan frekluensi nafas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya gangguan pada system pernafasan. Palpasi toraks hanya dilakukan jika terdapat depormitas pada tulang dada pada klien dengan efusi fleura massif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru.

·         B2 (Blod)

Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok),. Infeksi fulminansi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstrimitas), syok dan tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.

·          B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya.

·         Pengkajian tingkat kesadaran

Kualitas kesadran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk mulai tingkat kesadaran klien dengan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

·         Pengkajian fungsi serebral

Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami nperubahan.

·         B4 (Bladder)

Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan berkutrangnya volume urine, hal ini berhubungan dengan penurunan ferfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

 

·         B5 ( Bowel)

Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam lambung. Penurunan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

·         B6 (Bone)

Adana bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnyalutut dan pergelangan kaki). Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu ADL.

3.      Penngkajian pada anak

Pengkajian pada anak sedikit berbeda dngan klien dewasa, hal ini disebabkan pengkajian anamesis lebih banyak pada orang tua dan pemeriksaan fisik yang berbeda karena belum sempurnanya organ pertumuhan terutama pada neonates. Pengkajian yang biasa didapatkan tergantung pada luasnya penyebaran infeksi di meningen dan usia anak. Hal lain yang mempengaruhi klien pada anak adalah jenis organism, yang menginvasi meningen dan beberapa jauh keefektipan pemberian dan terapi, dalam hal ini adalah jenis antibiotk yang dipakai samngat berpengaruh terhadap klinis pada anak.

Pada anak manifestasi klinis timbulnya sakit secara tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah dan kejang-kejang. Anak menjadi rewel dan agitasi, serta dapat berkembang fotofobia, delidrium, halusinasi tingkah laku  yang agresif atau mengantuk stupor dan koma.

4.      Pengkajian diagnostic

Pemeriksaan diagnostic rutin pada klien meningitis, meliputi laboratorium, klinik rutin (Hb, leukosit, LED, trombosit, retikulosit, glukosa). Peningkatan faal hemostatis diperlukn untuk mengetahui secara dini adanya DIC. Serum elektrolit dan glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisis cairan otak. Lumbal fungsi otak tidak bisa dikerjakan pda pasien dengan peningkatan tekanan intracranial. Analisis cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya, kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa pada pasien meningitis kadar glukosa cairan menurun dari nilai normal.

Untuk mengetahui spesifik nilai mikroba, organisme penyebab infeksi dapat diidentfikasi melalui kultur kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counter Immune Elektrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal dan urine.

Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis klien, meliputi foto rontgen paru, dan CT scan kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

K.    ANALISA DATA

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

1

DS :

·       

 

DO :

·      Malaise

·      Pusig

·      Mual

·      Muntah

·      Koma

Iritasi meningen

 

 


Perubahan fisiologis intracranial

 

 


Peningkatan permiabilitas darah otak

 

 


Bradikardia

 

 

 


Perubahn prfusi jaringan otak

 

Perubahan perfusi jaringan otak

2

DO :

·       

DS :

·       

Infeksi/seftikemia jaringan otak

 

 

 

Iritasi meningen

 

 

 


Perubahan psikologis intracranial

 

 

 


Edema serebral

 

 

 


Peningkatan TIK

 

Resiko peningkatan TIK

 

 

 

 

 

L.     Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1.      Peningkatan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen

2.      Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intracranial, penekanan jaringan otak dan serebral


M.   INTERVENSI

NO

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

1

Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen

Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan ke otak meningkat, dengan kriteria :

·      Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar

·      Disorientasi negative

·      Konsentrasi baik

·      Perfusi jaringan dan oksigen baik

·      TTV dalam batas normal

·      Syok dapat dihindari

·      Monitor klien dengan ketat terutama setelah lumbal fungsi, anjurkan berbaring minimal 4-6 jam setelah lumbal fungsi.

·      Monitor tanda-tanda peningakatan tekanan intracranial selama perjalanan penyakit (nadi lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran menurun, nafas aritmik, reflex pupil menurun, kelemahan)

·      Monitor TTV dan neurologis tiap 5-30 menit, mengenai tekanan intracranial catat laporkan segera perubahan-perubahannya ke dokter.

 

·      Hindari posisi tungkai ditekuk atau anjurkan klien jangan banyak bergerak dan tirah baring.

·      Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati cegah gerakan tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala dan leher hindari reaksi fleksi leher

·      Bantu seluruh aktivits dan gerakan-gerakan klien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan enema). Anjurkan klien untuk menghembuskan nafas dalam bila miring dan bergerak di tempat tidur. Cegah posisi fleksi pada lutut

·      Waktu prosedur-prosedur perawatan disesuaikan dan diatur tepat waktu dengan periode relaksasi : hidari rangsangan lingkungan yang tidak perlu

·      Beri penjelasan tentang keadaan lingkungan kepada klien

 

 

 

·      Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik, sensorik, dan intelektual

·      Kolaborasi pemberian steroid osmotik

·      Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai perubahan tekanan intracranial

·      Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi dini

 

 

·      Perubahan-perubahan ini menandakan adanya perubahan selama intracranial dan pentng untuk intervensi dini

 

·      Untuk mencegah peningkaatan tekanan intracranial

·      Untuk mengurangi tekanan intracranial

 

 

·      Untuk mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intracranial

 

 

 

·      Untuk mencegah eksistasi yang merangsang otak yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang

 

·       Untuk mengurangi disorientasi dan untuk klaripikasi persepsi sensorik yang terganggu

 

·      Untuk merujuk ke rehabilitasi

 

 

·      Untuk menurunkan tekanan intracranial

 

 

 

 

 

 

2

Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral

Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK

Dengan kriteria hasil :

·      Klien tidak gelisah

·      Klien tidak mengeluh nyeri kepala

·      Mual-mual dan muntah

·      GCS : 4, 5, 6

·      Tidak terdapat papiledema

·      TTV dalam batas normal

·      Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK

 

 

 

 

·      Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman, dan reaksi terhadap cahaya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkungan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi  pada kepala

 

 

 

 

 

·      Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur

 

 

 

·      Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh

·      Cegah/hindari terjadinya maneuver valsava

 

 

 

·      Bantu klien jika batuk, muntah

 

 

 

 

 

 

 

 

·      Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari

 

 

 

·      Palpasi pembesaran/kandung kemih, pertahankan drainase urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi

·      Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkat

 

·      Observasi tingkat kesadaran dengan GCS

 

 

 

·      Kolaborasi : pemberian O2 sesuai indikasi

 

 

 

 

 

·      Berikan cairan IV sesuai yang diindikasikan

 

 

 

·      Berikan obat osmotic dieresis, contohnya manitol, furosisde

 

 

 

·      Berikan steroid, contohnya deksametason, metal predinsolon

 

·      Berikan analgesic narkotik, sontohnya codein

 

 

·      Beriakan antipiretik, contohnya asetaminopen

 

 

·      Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti protrombin, LED

·      Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan

 

·      Suatu keadaan normal jika sirkulasi serebral terpelihara dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregultor kebanyakan merupakan tanda penurun difusi local vasculerisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diasolik) maka diikuti dengan peningkatan tekanan darah intracranial. adanya peningkatan tekanan darah, bradikardia, disritmia, dispneu merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK

 

 

·      Reaksi pupil dan pergerakan ulang dari bola mata merupakan tanda dari gangguan jika batang otak terkoyak. Reksi pupil diatur oleh saraf ketiga cranial (okulomorik) yang menunjukan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respons terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari saraf kedua dan ketiga cranial

·      Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK

·      Perubahan kepala pada suatu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainage pada vena serebrial), sehingga dapat meningkatkan tekanan intracranial

·      Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK akibat efek rangsangan kumulatif

 

 

 

 

 

 

·      Memberikan suasana yang tenang dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah

·      Mengurangi tekanan intracranial dan tekanan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK

 

·      Aktivitas ini dapat meningkatkan intra toraks dan tekanan intra abdomen, yang dapat meningkatkan tekanan TIK

 

 

·      Tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri, yaitu pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK

·      Dapat meningkatkan respons automatic yang potensial meningkatkan TIK

 

·      Meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan perawatan klien dan mengurangi kecemasan

·      Perubahan kesadaran menunjukan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit

·      Mengurangi hipoksemia, yang yang dapat meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah sehingga meningkatkan TIK

·      Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK

·      Diuretic mungkin digunakan pada fase akut untuk mrngalirkan air dari sel otak, dan menurunkan edema serebral dan TIK

·      Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan

·      Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negative pada TIK tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan menurunkan sensasi nyeri

·      Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang digunakan

·      Membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian obat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

·  Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

·  Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta

·  Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI PADA PENGGUNA ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN PENERIMAAN PASIEN BARU

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK