LAPORAN PENDAHULUAN MAKP

LAPORAN PENDAHULUAN
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)










Disusun oleh
ARDI RACHMAN FAUZI, S.Kep.
NPM: 4012210019




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-16
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

LAPORAN PENDAHULUAN
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)


Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Askep Profesional
Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Jenis dan Model Askep Profesional
Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998). Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1–2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2007).
Kelebihan:
manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik;
sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
 Kelemahan:
tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
Model Askep Profesional Tim
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Konsep metode Tim:
ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan;
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin;
anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
 Kelebihannya:
memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab anggota tim:
memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya;
kerja sama dengan anggota tim dan antar tim;
memberikan laporan.
 Tanggung jawab ketua tim:
membuat perencanaan;
membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien;
mengembangkan kemampuan anggota;
menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
Perencanaan:
menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;
membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
membantu membimbing peserta didik keperawatan;
menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
Pengorganisasian:
merumuskan metode penugasan yang digunakan;
merumuskan tujuan metode penugasan;
membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim;
memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien;
mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
identifikasi masalah dan cara penanganannya.
Pengarahan:
memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;
memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;
memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien;
melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya;
meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
Pengawasan:
melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien;
melalui supervisi:
pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
evaluasi;
mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
audit keperawatan.









Sistem Pemberian Askep “Team Nursing”
(Marquis dan Huston, 1998: 138)

Strategi Kerja Tim
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi. Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh anggota tim.
Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Bila ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malam pada format yang tersedia.
Model Askep Profesional Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.










Bagan Pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)











Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis dan Huston, 1998: 138)

Kelebihan:
bersifat kontinuitas dan komprehensif;
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;
keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
 Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
ada otonomi;
ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer:
mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
membuat tujuan dan rencana keperawatan;
melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain;
mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
menerima dan menyesuaikan rencana;
menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat;
membuat jadwal perjanjian klinis;
mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:
sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;
orientasi dan merencanakan karyawan baru;
menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten;
evaluasi kerja;
merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;
membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer:
setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan
pasien;
beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional
sebagai perawat asisten;
Model Askep Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).
Kelebihannya:
perawat lebih memahami kasus per kasus;
sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab; 
perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
Modifikasi: MAKP Tim-Primer.
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut.
Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

























Model Tim Primer (Modifikasi)


Tingkatan dan Spesifikasi MAKP
Tingkat
Praktek Keperawatan
Metode Pemberian Askep
Keterangan
Dokumentasi
Aspek riset

MAKP Pemula
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesi tingkat pemula
Modifikasi keperawatan primer
Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien
Skp/Ners/DIV (1:25-30 pasien) sebagai CCM
DIII keperawatan sbg PP perawat pemula
Standar renpra (masalah aktual)
-

MAKP I
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
Modifikasi keperawatan prim
Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien
Spesialis keperawatan (1: 9–10 pasien) sebagai CCM.
S.Kep/Ners sebagai PP
DIII keperawatan sebagai PA
Standar renpra (masalah aktual dan masalah risiko)
Riset deskrptif oleh PP
Identifikasi masalah riset.
Pemanfaatan hasil riset

MAKP II
Mampu memberikan asuhan keperawatan tingkat II
Manajemen kasus dan keperawatan
Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien
Spesialis keperawatan (1 : 3 PP)
Spesialist keperawatan (1: 9–10 pasien)
DIII Keperawatan sebagai PA
Clinical pathway/ standar renpra (masalah aktual dan risiko)
Riset eksperimen oleh spesialis.
Identifikasi masalah riset.
Pemanfaatan hasil riset.

MAKP III
Mampu memberikan asuhan keperawatan tingkat III
Manajemen kasus
Jumlah sesuai tingkat ketergantungan pasien.
Doktor keperawatan klinik (konsultan)
Spesialis keperawatan (1:3 PP)
S.Kp/Ners sebagai PP
Clinical pathway
Riset intervensi lebih banyak.
Identifikasi masalah riset.
Pemanfaatan hasil riset.




DAFTAR PUSTAKA


Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional . Jakarta : EGC Kedokteran
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, ed.4. Jakarta: Salemba Medika.
Rusdi, I. 2008. Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models).
Somantri, I. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK-UNPAD.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI PADA PENGGUNA ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN PENERIMAAN PASIEN BARU

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK